Elon Musk dan Pejabat PBB: AI Seperti ChatGPT Berisiko Besar soal HAM


Elon Musk dan Kepala Bagian Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Volker Turk menilai teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) seperti ChatGPT bisa menimbulkan risiko terkait HAM di masa mendatang.

Lebih dari 60 negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Cina pada minggu ini menyerukan peraturan soal AI terkait pertahanan. “Ini untuk memastikan teknologi kecerdasan buatan tidak mengganggu keamanan, stabilitas, dan akuntabilitas internasional,” demikian dikutip dari RTE, Minggu (19/2).

Kekhawatiran negara-negara meningkat atas hal-hal seperti drone berbasis kecerdasan buatan atau AI, Slaughterbots yang dapat membunuh tanpa campur tangan manusia.

Mereka juga khawatir soal risiko kecerdasan buatan dapat meningkatkan konflik militer. "Saya sangat terganggu oleh potensi bahaya dari kemajuan baru-baru ini mengenai AI," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk.

"Lembaga manusia, martabat manusia, dan semua HAM berada dalam risiko serius. Ini seruan mendesak bagi bisnis dan pemerintah untuk mengembangkan pagar pembatas yang efektif dengan cepat yang sangat dibutuhkan," tambah dia.

Menurutnya, teknologi kecerdasan buatan atau AI telah memasuki kehidupan sehari-hari, merevolusi pencarian internet, mengubah cara manusia memantau kesehatan, dan menghadirkan inovasi baru seperti aplikasi yang mampu menghasilkan semua jenis konten tertulis dalam hitungan detik berdasarkan permintaan sederhana.

Kritikus telah mengangkat masalah seperti pelanggaran privasi dan algoritme yang bias.

"Kami akan mengikuti ini dengan cermat, mengerahkan keahlian khusus kami dan memastikan bahwa dimensi HAM tetap menjadi inti dari bagaimana hal ini berlanjut," kata Turk.

Sebelumnya, Elon Musk juga mengatakan bahwa AI seperti ChatGPT bisa menjadi risiko terbesar di masa depan. Padahal, ia merupakan salah satu pendiri OpenAI yakni pengembang (developer) ChatGPT.

“Salah satu risiko terbesar bagi masa depan peradaban adalah AI,” kata Elon Musk kepada peserta World Government Summit di Dubai, Uni Emirat Arab, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (16/2).

Ia mengatakan bahwa teknologi AI membawa dampak positif dan negatif. “Dengan (kehadiran AI) itu datanglah bahaya besar,” tambah dia.

CEO Tesla, SpaceX, sekaligus Twitter itu membagikan pandangannya tentang bagaimana dia melihat teknologi berkembang 10 tahun dari sekarang. “ChatGPT telah mengilustrasikan kepada orang-orang betapa canggihnya AI," ujar Elon Musk.

Namun mobil, pesawat terbang, dan obat-obatan harus mematuhi standar keamanan regulasi. Sedangkan AI belum memiliki aturan atau regulasi untuk mengendalikan perkembangannya. "Terus terang, saya pikir kita perlu mengatur keamanan AI,” kata Musk.

Menurutnya, AI memiliki risiko yang lebih besar bagi masyarakat daripada mobil atau pesawat atau obat-obatan. “Peraturan mungkin sedikit memperlambat AI, tapi saya pikir itu mungkin juga hal yang baik," ujarnya.

Pada Maret 2018, Elon Musk telah memperingatkan tentang bahaya pengembangan AI yang tidak terbatas. Ia mengatakan kecerdasan buatan jauh lebih berbahaya daripada hulu ledak nuklir.