Para peneliti telah menemukan reruntuhan kota suku Maya besar yang terkubur di bawah hutan hujan. Pengungkapan dalam dunia arkeologi itu terungkap saat mensurvei Guatemala utara dari udara.



Reruntuhan itu disebut membentang seluas 650 mil persegi dan terletak di dekat perbatasan Meksiko, dan dikenal sebagai Cekungan Karst Mirador-Calakmul. Menurut peneliti, kota itu diperkirakan sudah ada 2.000 tahun yang lalu.

Dari peta topografi wilayah tersebut, peneliti menentukan bahwa peradaban tersebut terdiri dari lebih dari 417 kota, kota kecil dan desa yang tersebar di 650 mil persegi. Permukiman itu memiliki lusinan lapangan bola dan gabungan 110 mil jalan lintas yang dapat dilayari yang memungkinkan bangsa Maya kuno melakukan perjalanan.

Para peneliti juga menemukan bukti platform besar dan piramida di beberapa pemukiman yang menurut mereka berfungsi sebagai pusat terpusat untuk pekerjaan, politik, dan rekreasi. Orang-orang peradaban itu juga disinyalir membangun kanal untuk memindahkan air dan waduk untuk menampungnya untuk digunakan nanti pada musim kemarau.

Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Ancient Mesoamerica pada bulan Desember. Temuan ini pun berkat LiDAR (light detection and ranging) yang digunakan oleh tim peneliti dari beberapa universitas Amerika serta kolaborator dari Prancis dan Guatemala. LiDAR adalah sistem deteksi yang didasarkan pada sinar laser daripada gelombang radio.